Bagaimana mungkin tidak jatuh cinta dengan Mesir?
Dia
adalah Said,usianya belum genap 15 tahun. Di usia 5 tahun, Said sudah
menuntaskan hapalannya, 30 juz Al-Qur'an. Said, saat membaca kisah
hidupmu aku berlinangan air mata. Apa yang kamu lakukan di tengah
desingan peluru di Maidan Rabiah Al-Adawiyah?
Di belahan
bumi lain anak-anak seusiamu tenggelam dalam kelalaian. Mereka
duduk-duduk seharian penuh di pusat perbelanjaan, mendengar musik
hingga lupa diri, atau mungkin sedang asyik masyuk berpacaran. Tapi
tidak dengan dirimu, kamu punya cita-cita yang tinggi.
Saat
terdesak dalam pengepungan dengan gagah berani kamu menghubungi
ayahmu, "Sudah ada korban syahid 300 orang doakan aku agar menjadi yang
ke 301."
Ayahmu menuliskan kisah hidupmu, menjadi
pelajaran bagi kami. Kamu menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan
beristighfar dan berzikir, ketika salat Ashar di Maidan di samping
Al-Manassah, peluru-peluru tajam dimuntahkan hingga perkemahan di
sekitarmu terbakar habis. Saat itulah kamu terkena peluru. Tak lama
setelah kematianmu seorang sahabat, bermimpi melihatmu bermain di taman
surga.
Aku sudah terlanjur jatuh cinta. Bagaimana tidak?
Habibah,
dia seusiaku. Seorang wartawati yang ditugaskan meliput peristiwa
tragis di Rabiah Al-Adawiyah. Dengan gagah berani kamu panggul kamera
merekam semua peristiwa di Rabiah Al-Adawiyah. Orang-orang lari
tunggang langgang, tapi tidak dengan dirimu dengan langkah mantap kamu
maju mendekati pasukan. Rupanya kamu ingin seluruh dunia tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Orang-orang disekitarmu berteriak memberitahu,
"Kembali-kembali!"
Tapi tak ada kata kembali di hatimu saat itu. Sebuah peluru menembus jantungmu hingga ke punggung.
Sebelum kematianmu. Teman-temanmu berkata,"Kemarilah, berbuka puasalah dulu bersama kami."
"Apa ada yang bisa saya makan?" tanyamu.
"Masih tersisa sedikit."
"Tak apa, aku akan melanjutkan buka puasaku di surga."
Saudaraku,
kalian telah berhasil mencuri hatiku. Sungguh sudah tak terhitung
berapa kali aku jatuh cinta pada kalian. Saudara muslimku di Gaza,
Mesir, Suriah, Afrika Tengah, dan di belahan bumi manapun. Aku belajar
makna ketangguhan dari kalian.
Home »
Resensi Buku
» Testimoni Buku: R4BIA 55 Kisah di Balik Tragedi Rabia
Testimoni Buku: R4BIA 55 Kisah di Balik Tragedi Rabia
Posted by Unknown
on 21.12
0 komentar:
Posting Komentar