Ukhty, Medan Jihad Itu Ada di Dapurmu!

Beberapa waktu lalu anak saya yang baru berusia 4,5 tahun dirawat di rumah sakit. Hasil laboratorium menunjukkan dia menderita typus. Sejujurnya saya merasa bersalah karena lalai menjaga kesehatan keluarga, terutama anak. Penyakit ini biasanya masuk ke dalam tubuh penderita melalui makanan dan minuman yang tercemar juga lingkungan yang kotor.

Memang saya termasuk orang yang senang mengajak keluarga makan di luar, terutama saat libur. Meskipun sudah berusaha memilih tempat makan yang bersih ternyata kemungkinan untuk terinfeksi bakteri Salmonela Typhi masih tetap ada. Apalagi kita tinggal di Indonesia, negara berkembang yang menjadi wilayah endemik bakteri penyebab penyakit typus.

Di lain sisi, saya termasuk ibu yang malas ke dapur. Kebiasaan buruk masa lajang yang masih terbawa setelah menikah. Semasa lajang saya hanya tahu bagaimana caranya meraih IPK tinggi, belajar, dan sibuk dengan aktivitas dakwah di luar rumah. Tugas-tugas rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan lain-lain sama sekali tidak tersentuh. 

Dulu pada masa awal menikah saya menganggap pekerjaan rumah tangga tidak terlalu penting. Akibatnya, setelah Allah menitipkan anak saya kelabakan. Bermula ketika anak memasuki masa MPASI. Ketika itu saya pernah salah mengolah makanan sampai akhirnya anak saya diare.

Menyesal? Tentu saja. Saya merasa penyakit anak saya ini merupakan teguran dari Allah SWT supaya lebih serius dan sungguh-sungguh dalam menjalankan tugas-tugas rumah tangga. Kesadaran itu semakin melekat setelah membaca artikel-artikel tentang dampak kesehatan yang harus ditanggung ketika kita tidak profesional dalam memasak dan mengolah makanan. Tidak tanggung-tanggung segala penyakit berbahaya yang jika dibiarkan dapat membahayakan nyawa berawal dari makanan dan minuman.



Memasak Sendiri Lebih Sehat

Ukhty, saya ingin bercerita tentang pengalaman saya saat jajan di luar. Saat itu saya makan di sebuah restoran besar yang sudah memiliki nama. Tempat makannya terlihat bersih dari luar, seperti biasa saya memilih menu favorit.
Lama menunggu, akhirnya makanan itu dihidangkan lengkap dengan lalapannya. Dengan lahap saya santap ayam goreng yang tersaji. Namun seketika itu juga nafsu makan saya hilang saat melihat hewan kecil berwarna putih menggeliat di atas sayur lalapan, apalagi jika bukan belatung namanya.

Rasanya tidak sanggup menelan nasi yang ada di dalam mulut. Kejadian hampir serupa terjadi ketika saya membeli nasi goreng di tempat lain. Ketika sedang asyik-asyiknya makan saya menemukan makhluk kecil bersayap diantara tumpukan nasi goreng. Lalat hijau yang sudah mati ikut tergoreng.

Saya tidak tahu bagaimana ceritanya hewan-hewan itu ada di makanan yang saya pesan. Satu saja pelajaran yang bisa saya petik, memasak sendiri jauh lebih sehat dan bersih.

Memasak Sendiri Terjamin Kehalalannya

Ukhty, meskipun kita hidup di negara muslim terbesar di dunia kehalalan makanan di luar sana masih belum terjamin. Hatta yang berjualan muslim sekalipun, hal ini bisa disebabkan kurangnya pengetahuan mereka tentang makanan dan minuman halal.

Sebagian muslim menganggap yang haram hanya babi, padahal segala makanan dan minuman yang diolah menggunakan alkohol juga termasuk yang diharamkan. Salah satu jenis alkohol yang sering dipakai untuk mengolah makanan adalah arak beras atau ang ciu.

Saya sempat trauma dengan ang ciu. Waktu itu saya mampir ke sebuah warung, yang berjualan memakai jilbab. Iseng-iseng saya tanya, "Bu di sini pake ang ciu ga?"

Dengan jujur dia menjawab, "Iya Mbak, pake, tapi kalo untuk makanan berkuah kita ga pake."

Rasanya seperti tersambar petir di siang bolong, karena makanan itu sudah terlanjur masuk ke perut. Biarpun dia mengatakan tidak semua menu memakai ang ciu tetap saja peralatan memasaknya tercampur baur. Sejak saat itu saya takut makan di sembarang tempat. 

Ukhty, memasak sendiri lebih terjamin kehalalannya. Kita tidak bisa meremehkan kehalalan makanan. Makanan halal memudahkan anak dan suami kita menjalankan ketaatan kepada Allah SWT.

Memasak Sendiri Lebih Hemat

Beberapa hari menunggu anak di rumah sakit, terasa sekali pengeluarannya. Saat itu anak saya dirawat di rumah sakit di daerah Sentul. Tidak banyak tempat makan murah di sana. Hanya ada restoran-restoran dengan standar harga mahal di Giant yang berdiri tepat di samping rumah sakit.

Dalam sehari bisa mengeluarkan biaya 78.000 untuk makan tiga kali sehari. Padahal jika memasak sendiri biaya itu bisa dihemat untuk makan seluruh anggota keluarga.

Ukhty, surga bisa kita cari dimana saja, termasuk di dapur. Dapur medan jihad kita. Tidak ada salahnya menyediakan waktu belajar memasak di tengah-tengah kesibukan kalian. Anggap saja keterampilan memasak sebagai bekal mempersiapkan diri membina rumah tangga.






Focus Private

Les Privat

Les Privat Focus Private adalah lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri sebagai spesialis les privat guru ke rumah untuk mata pelajaran eksakta yaitu Matematika, Fisika, dan Kimia. Info 082312091982
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Total Tayangan Halaman