Oleh: Inku Hikari
Setelah menempuh perjalanan, menembus kemacetan ibukota
Jakarta, kami tiba di bilangan Jatibening, Bekasi. Suasana perumahan nan
asri menjadi hiburan di tengah gersangnya perkotaan.
Kami datang bersama Lilik Sholihah, Ketua Bidang Perempuan
dan Ketahanan Keluarga PKS DKI Jakarta, untuk bersilaturahim mengambil
inspirasi dari sosok Elly Risman.
Wanita itu menyambut kami dengan pelukan hangat dan senyum
di wajahnya. Tak lama berselang Elly Risman menceritakan banyak hal.
Pertemuan selama dua jam tidak terasa membosankan.
Masa Kecil Elly Risman
Elly Risman menyimpan banyak kenangan tentang ayah dan ibunya.
"Ketika saya masih kecil saya merasakan kedekatan itu.
Setiap hari ayah mengajak saya bantu-bantu di ladang. Ibu tetap tinggal
di rumah. Ayah tidak pernah lama pergi bekerja, siang atau sore sudah di
rumah."
Sosok ayah yang religius, pemuka agama dan tokoh masyarakat sangat berperan dalam membentuk Elly Risman.
Dia selalu dilibatkan ayahnya dalam berbagai kegiatan agama dan kemasyarakatan.
"Ayah selalu pulang cepat supaya bisa memimpin salat lima
waktu. Rumah kami selalu penuh. Saat itu semua penduduk di desa kami
mengaji. Ketika saya SMP ayah sudah mengajak saya ke notaris untuk
membuat yayasan."
Ayah Elly Risman sangat peduli dengan kondisi masyarakat
desanya. Kala itu banyak warga yang mati karena jatuh atau hanyut saat
melintasi jembatan. Ayah Elly Risman menginginkan anaknya menjadi ahli
jembatan.
Namun pikirannya berubah. Elly Risman menceritakan, "Kata
ayah saya, 'Kamu harus bergerak di bidang pendidikan karena pendidikan
yang memanusiakan manusia.'"
Sedangkan sosok ibu bagi Elly Risman merupakan teladan dan
role modelnya dalam menjadi ibu rumah tangga. Ada banyak hal yang
dipelajari dari ibunya.
"Saat saya pulang ibu selalu memasak roti panas yang
rasanya lebih enak daro roti yang dijual di toko. Ibu tidak pernah
menyuruh. Dia hanya bercerita dan mengajak. Saya selalu punya sesi
khusus dengan ibu. Kata ibu saya, 'Kita harus bisa diajak ke depan tapi
dapur beres. Bisa dibawa ke tengah (pergaulan) tapi dapur rapi.'"
Terinspirasi oleh ibunya, Elly Risman selalu menyempatkan waktu memasak sendiri di rumah. Betapa pun sibuk dan padat jadwalnya.
Tidak hanya tentang rumah dan keluarga. Elly Risman juga mempelajari berbagai keterampilan dari ibunya.
"Ibu mengajari saya menyanyi bahasa Arab dan Jepang, juga
bordir. Ketika ada acara saya sering diminta maju ke depan untuk
bernyanyi."
Elly Risman dan Keluarga
Perubahan dan perkembangan zaman kala itu mempengaruhi pola
pikir dan kehidupan berkeluarga. Generasi baby boomers, demikian dia
menyebutnya.
Saat itu wanita mulai masuk ke dunia kerja. Anak-anak diserahkan pengasuhannya kepada pembantu.
Ada pengalaman tersendiri yang membuatnya mengambil keputusan fokus di rumah sampai anak-anaknya baligh.
"Dulu anak saya pernah berhenti menyusu gara-gara saya
salah ngasih dot. Lubangnya kebesaran. Zaman dulu dot tidak seperti
sekarang. Saya menyesal sekali padahal ditinggal juga tidak lama."
Agar dapat meluangkan waktu untuk keluarga, Elly Risman lebih senang membuat perusahaan sendiri, tidak bekerja pada orang lain.
Prihatin dengan Kondisi Generasi Penerus
Kisah-kisahnya tentang kondisi generasi muda saat ini
membuka mata banyak pihak. Elly Risman bersama Yayasan Kita dan Buah
Hati telah berkecimpung bertahun-tahun melakukan riset. Kalimatnya di
awal pertemuan cukup menyentak.
"Persoalan terbesar berdasarkan riset selama 20 tahun bukan pada perempuan, tapi kita salah mengasuh anak laki-laki."
Awal mula kondisi ini dimulai pada masa baby boomers,
pengasuhan anak diserahkan pada pembantu. Ketika itu pengasuhan anak
laki-laki mulai kendur karena disamakan dengan anak perempuan oleh
pembantu.
sumber gambar: www.ihei.wordpress.com
Kondisi generasi saat ini menurun kualitasnya. Jika dulu anak-anak dilibatkan dengan pekerjaan rumah sekarang sudah tidak lagi.
"Saat ini anak laki-laki dan perempuan selalu dilayani
pembantu. Jangankan membedakan pengasuhan anak laki-laki dan perempuan.
Dua-duanya ditinggal."
Mereka tidak disiapkan menjadi orang tua oleh ayah dan ibunya. Merekalah yang akhirnya tumbuh menjadi orang tua gadget saat ini.
Fenomena anak-anak yang kesepian merebak. Mereka sering
merasa kesepian di tengah keramaian. Tidak ada kelekatan dan kedekatan
dengan orang tua. Saat sedang kesepian mereka lari pada gadget dan
internet. Anak-anak inilah yang rentan kecanduan pornografi.
Ada fakta mencengangkan yang diungkap Elly Risman, "Waktu
itu datang ke saya orang tua dan anaknya yang berumur 4 tahun. Mereka
mengeluhkan anaknya naked selfie, memfoto kelaminnya sendiri dalam
beberapa gaya. Kedua orang tuanya bekerja. Dia diberi gadget dan
ditinggal di rumah hanya dengan pembantu. Dari mana anak usia 4 tahun
mendapatkannya? saya minta mereka memeriksa handphone pembantunya."
Pada usia remaja fenomena lain terjadi. Mereka membentuk
grup di media sosial untuk mengatur jadwal free sex. Hal ini terungkap
saat seorang remaja bercerita pada Elly Risman.
Menurutnya fenomena itu tidak hanya terjadi pada keluarga broken home, tapi juga pada keluarga biasa.
"Saat ini nilai anak-anak sangat rendah. Mereka hanya mendapat sisa-sisa. Sisa waktu, tenaga, dan kasih sayang."
Harapan Itu Masih Ada
Meskipun kondisi generasi muda saat ini sangat
memprihatinkan. Elly Risman tidak mau berputus asa. Menurutnya generasi
saat ini yang menjadi orang tua muda merupakan generasi pembelajar.
Mereka menginginkan perubahan.
"Untungnya generasi Y yang saat ini menjadi orang tua muda
generasi pembelajar. Mulai tumbuh kesadaran beragama. Itu yang
mengimbangi. Sudah mulai banyak komunitas ayah dan parenting."
Elly Risman mengajak banyak pihak bekerja sama dan
bersinergi memperbaiki kualitas generasi penerus. Menurutnya semua pihak
harus bergerak cepat dan tepat karena pertumbuhan jumlah anak-anak yang
terpapar pornografi berkembang sangat pesat.
"Anak kelas 4 SD sudah masturbasi. Berawal ketika dia diberi gadget."
0 komentar:
Posting Komentar