Nak, jika kami tidak berdekat-dekat dengan Allah, bagaimana
cara kami mendidikmu? Padahal Allah yang membolak-balikan hati kecilmu.
Teringatlah Ummi saat Fudhail bin Iyadh bersimpuh di
hadapan Allah Ta'ala, ada kelelahan yang membuat dadanya sesak, tatkala
upaya sepenuh hati telah dikerahkan dalam mendidik ananda, namun hasil
yang diharapkan tak nampak jua. Terbayang di benaknya wajah ananda
tercinta, ada kesedihan mendalam saat membayangkan nasib ananda di
akhirat kelak jika Allah tidak memberi pertolongan.
Dia adukan semua pada Rabb yang Maha Mendengar. Dia
menadahkan tangan ke langit berdoa, sembari terus memperbanyak ibadah,
lalu berkata,"Ya Allah, aku sudah putus asa mendidik anakku. Ya Allah,
didiklah dia untuk diriku".
Ummi dan Abi bukanlah orang sesholeh Fudhail bin Iyadh
Kami sering kali dilalaikan oleh dunia, kasih sayang kami tipis, bahkan belum semua hakmu mampu kami penuhi dengan sempurna.
Maafkanlah kekurangan Ummi dan Abimu ini, Nak. Namun di
balik itu semua betapa besar harapan kami pada Rabb yang menitipkanmu
agar Dia selalu menjaga dan membimbing setiap langkahmu.
Bukan, bukan Ummi dan Abi yang mampu melindungimu 24 jam
apatah lagi hingga seumur hidup. Mungkin usia Ummi dan Abi tak cukup
membersamai kehidupanmu.
Maka kepada siapa kami harus meminta keselamatan untukmu dunia dan akhirat? Tidak ada yang bisa dipinta selain Allah.
Nak, nasab kita akan terus tersambung hingga ke akhirat.
Ummi dan Abi hanya bisa berdoa dan memohon agar kita tidak menjadi orang
yang saling menuntut di hari perhitungan.