Home » » Cerita dari Bosnia

Cerita dari Bosnia

       Saya pernah dikirim ke Bosnia, saat itu dalam kondisi perang. Saya dikirim ke sana bukan untuk berperang, tapi bertugas menangani anak-anak pengungsian di Bosnia.

     Saat itu Bosnia memasuki musim dingin, salju menutup di mana-mana. Saya bertugas di salah satu pengungsian. Sampai pada suatu hari datang sepasang anak dengan pakaian seadanya, padahal saat itu musim dingin.

     Saat melihat mereka saya berpikir, sepasang anak kecil dengan pakaian seadanya di musim dingin datang ke tenda pengungsian pasti yang dicari adalah makanan, pasti mereka kelaparan. Dengan sangat polosnya saya segera menyediakan coklat untuk sepasang anak ini.

     Dengan sedikit bekal bahasa Bosnia saya katakan, “Ini coklatnya.” Tapi apa jawaban yang saya dapatkan, mereka mengatakan, “Terima kasih, tapi bukan ini yang kami cari. Kami membutuhkan al-qur’an, di pengungsian tidak ada al-qur’an.”

     Saya tanya kepada ustadz yang saat itu juga bertugas di sana, “Bagaimana anak itu bisa begini ustadz?”

     Jawab ustadz, “Itulah anak khusus.”

     Saya penasaran, seperti apa dan siapa kedua orang tuanya. Selama dua hari berturut-turut saya mencari dari satu pengungsian ke pengungsian lain. Sampai akhirnya saya menemukan bahwa ayahnya sudah syahid (InsyaAllah) dan ibunya juga sudah syahidah (InsyaAllah). Bagaimana bisa seorang anak kecil, di usianya yang baru belasan tahun dan kehilangan kedua orang tuanya tidak depresi.

     Bahkan dia justru menjadi sosok yang kuat dan memiliki kepemimpinan. Anak itu pemimpin anak-anak di pengungsiann. Saya mencari informasi tentang sosok ayahnya, ternyata ayahnya sering menceritakan kisah-kisah kepahlawanan muslim di depan anak-anaknya. Inilah yang membentuk mereka.

     Cerita di atas merupakan kisah nyata dari Bapak Irwan Rinaldi saat dikirim bertugas ke Bosnia. Kisah ini disampaikan dalam sebuah acara seminar parenting tentang pentingnya peranan ayah dalam membentuk karakter anak.

     Saya pernah melakukan survey terhadap 700 orang ayah.

     Pertanyaan pertama, apa yang sudah anda berikan untuk anak anda? Hampir semua jawabannya adalah, “Saya sudah bekerja siang dan malam untuk memberi nafkah, menyekolahkan anak saya dan memenuhi kebutuhannya.”

     Pertanyaan kedua, pernahkah anda mendengarkan bacaan al-qur’an anak anda dan mengajarkan mereka membaca al-qur’an? Jawabannya semakin sedikit yang melakukannya.

     Pertanyaan ketiga, pernahkan anda menceritakan tentang Rasulullah SAW dalam sekali seminggu pada anak anda? Jawabannya semakin sedikit lagi yang melakukannya.

     Bukanlah suatu kesalahan ayah mencari nafkah, namun tugas ayah tidak hanya mencari nafkah. Bagaimana bisa anak mencintai al-qur’an jika tidak pernah melihat ayahnya membaca dan mengamalkan al-qur’an? Bagaimana bisa anak mencintai Rasulullah SAW jika tidak mengenal sosoknya, karena ayahnya tidak pernah bercerita.

     Sahabat, seperti itulah penuturan darinya. Ada pelajaran yang bisa kita ambil, peran ayah tidak kalah pentingnya dengan peran ibu dalam mendidik anak. Diperlukan kekompakkan ayah dan ibu dalam mendidik anak.

Sumber gambar: Internet

0 komentar:

Posting Komentar


Focus Private

Les Privat

Les Privat Focus Private adalah lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri sebagai spesialis les privat guru ke rumah untuk mata pelajaran eksakta yaitu Matematika, Fisika, dan Kimia. Info 082312091982
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Total Tayangan Halaman