Untukmu Ananda Tercinta

Nak, jika kami tidak berdekat-dekat dengan Allah, bagaimana cara kami mendidikmu? Padahal Allah yang membolak-balikan hati kecilmu.

Teringatlah Ummi saat Fudhail bin Iyadh bersimpuh di hadapan Allah Ta'ala, ada kelelahan yang membuat dadanya sesak, tatkala upaya sepenuh hati telah dikerahkan dalam mendidik ananda, namun hasil yang diharapkan tak nampak jua. Terbayang di benaknya wajah ananda tercinta, ada kesedihan mendalam saat membayangkan nasib ananda di akhirat kelak jika Allah tidak memberi pertolongan.

Dia adukan semua pada Rabb yang Maha Mendengar. Dia menadahkan tangan ke langit berdoa, sembari terus memperbanyak ibadah, lalu berkata,"Ya Allah, aku sudah putus asa mendidik anakku. Ya Allah, didiklah dia untuk diriku".



Ummi dan Abi bukanlah orang sesholeh Fudhail bin Iyadh

Kami sering kali dilalaikan oleh dunia, kasih sayang kami tipis, bahkan belum semua hakmu mampu kami penuhi dengan sempurna.

Maafkanlah kekurangan Ummi dan Abimu ini, Nak. Namun di balik itu semua betapa besar harapan kami pada Rabb yang menitipkanmu agar Dia selalu menjaga dan membimbing setiap langkahmu.

Bukan, bukan Ummi dan Abi yang mampu melindungimu 24 jam apatah lagi hingga seumur hidup. Mungkin usia Ummi dan Abi tak cukup membersamai kehidupanmu.

Maka kepada siapa kami harus meminta keselamatan untukmu dunia dan akhirat? Tidak ada yang bisa dipinta selain Allah.
Nak, nasab kita akan terus tersambung hingga ke akhirat. Ummi dan Abi hanya bisa berdoa dan memohon agar kita tidak menjadi orang yang saling menuntut di hari perhitungan.

Di Wajahmu Ada Fitnah

Seseorang tak dikenal mengirim pesan via WA.

"Namanya siapa?" tanya orang di ujung sana.

Tidak langsung saya jawab. Diam-diam saya cek profil WA-nya. Ternyata dia anggota grup WA majelis ilmu yang saya ikuti.

"Ini ikhwan atau akhwat?" tanya saya curiga.

"Ikhwan," jawabnya.

Tanpa pikir panjang saya laporkan pada admin grup untuk tabayun, karena seharusnya grup itu khusus untuk akhwat.

Dalam hitungan menit orang tersebut dikeluarkan dari grup.

Saya termangu, kenapa bisa ditimpa fitnah semacam ini? Barulah saya sadar, beberapa hari yang lalu saya mengganti foto profil WA dengan foto pribadi.

Tidak ada yang aneh, hanya foto kesayangan saat menggendong anak dengan latar belakang Masjid Al-Aqsha.
Saat memajang foto itu tidak ada prasangka buruk yang melintas di dalam hati.

Saya merasa aman karena berpikir tidak akan ada yang mengganggu. Lagipula siapa yang mau mengganggu wanita yang sudah punya anak?



Tapi pikiran saya salah, foto yang sangat sederhana itu -tanpa mulut dimonyongkan, riasan wajah, dan kerlingan mata- sudah cukup mendatangkan fitnah.

Tiba-tiba saya teringat saat berselancar di dunia maya, mengunjungi rubrik-rubrik konsultasi masalah keluarga.
Seorang istri menumpahkan isi hatinya. Dia sering bertengkar dengan suaminya, karena suaminya memiliki hobi yang tidak lazim, yaitu menyimpan foto-foto wajah wanita Asia. Ya, hanya wajahnya.

Sang istri dilanda kecemburuan yang amat sangat, kepada wanita-wanita yang tidak dia kenal di dunia nyata.
Wanita-wanita yang memajang foto di dunia maya bisa saja tidak berniat buruk, mereka hanya ingin eksis dengan kecantikannya, ingin diakui dan dipuji.

Tapi jika mereka tahu dampak yang ditimbulkan, seharusnya mereka berpikir seribu kali jika ingin memajang foto di dunia maya.

Mungkin ini terkesan berlebihan, namun faktanya ada rumah tangga yang hancur bermula dari foto wanita yang bertebaran di dunia maya.

Dunia Hanya Permainan


Oleh: Inku Hikari

"Apa makna tiga puluh tahun untukmu?" Pertanyaan itu mengisi relung hati. Tepat di hari usia saya berkurang satu tahun.

Apa maknanya? Sepintas sebisik suara hati menjawab, "Sudah di tengah jalan, bisa jadi lebih lama atau justru lebih cepat."

Tidak lama. Sebentar saja, rasanya baru kemarin saya menangis merengek pada ibu minta dibelikan mainan, sepertinya belum lama menapaki masa remaja saat dibuat mabuk kepayang oleh virus merah jambu, mengingat momen ketika duduk di pelaminan, hamil dan melahirkan.

Semua berlalu begitu saja. Dulu ketika kecil ada banyak keinginan yang saya anggap besar, ketika remaja menganggap penting penerimaan kelompok, penampilan dan lain-lain. Setelah dewasa panjang angan-angan tentang hidup berumah tangga. Keinginan manusia memang lebih panjang dibandingkan usianya.
Tapi, ada masanya saya sadar bahwa waktu yang tersisa semakin sempit.

Allah SWT sudah mengirim peringatan. Tepat di usia 26 tahun saat Maila masih belum genap usia setahun, sehelai uban tumbuh di kepala saya.

Kondisi fisik pun mulai menurun, terutama setelah melahirkan anak. Ada kalanya dada kiri seperti ditusuk jarum.

Saat itu saya sadar, kebersamaan dengan anak dan suami tidak akan lama. Hanya sementara. Lantas apa yang saya cari dari sebuah pernikahan? Kebahagiaan? Rasanya bukan, toh saya akan meninggalkan semua itu.

Dulu ada banyak hal yang saya anggap penting, tapi rupanya waktu telah mengubah cara saya memandang kehidupan. Semakin berkurang usia, semakin banyak hal yang dirasa tidak penting.

Hanya satu yang penting, bekal persiapan saya pulang ke kampung akhirat.

Hud-Hud Si Burung

Oleh: Inku Hikari



Hud-Hud tidak pernah menyangka, kisahnya diabadikan di dalam kitab yang sangat mulia.

Namanya terukir, menjadi pelajaran berharga umat manusia hingga akhir zaman.

Semua berawal saat Hud-Hud terbang melintasi Negeri Saba. Hati kecilnya bergolak dipenuhi kecemburuan, saat melihat bukan Allah, Rabbnya tercinta yang disembah kaum Saba.

Si kecil Hud-Hud bergegas mendatangi tuannya, Sulaiman. Dia membawa kabar berita yang mengusik hati nuraninya.

Sang tuan tidak tinggal diam, akhirnya kaum Saba mengenal siapa Rabbnya pencipta alam semesta.
Melalui perantara Hud-Hud, cahaya datang kepada kaum Saba. Upaya kecilnya dihargai Allah SWT sedemikian besar.

Asal ikhlas, tidak kecil di mata Allah. Sekecil apapun peran yang dilakukan untuk menjadi perantara kebaikan orang lain-asal ikhlas- menjadi besar di mata Allah.

Beruntungnya kamu, wahai Hud-Hud.

Qana'ah


Oleh: Inku Hikari

"Hidup berdasarkan kebutuhan lebih ringan dan menenangkan, dibandingkan hidup atas dasar keinginan."
-Inku Hikari-



Hutang memang memberatkan, lilitannya keras mencekik leher. Saya memabayangkan berat beban yang harus dipikul orang berhutang yang tidak mampu membayarnya. Padahal Rasulullah SAW sudah mewanti-wanti umatnya tentang masalah yang besar ini.

Hutang bukan hal sepele, sekecil apapun jumlah yang dipinjam. 

“ Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham .” (HR. Ibnu Majah).

Itulah hari ketika dinar dan dirham tidak berlaku. 

Jika saja kita mau memikirkannya, kita pasti rela mengalahkan keinginan untuk memiliki sesuatu dengan cara berhutang.

Mari belajar dari generasi terbaik, mereka orang yang sangat pandai mengendalikan keinginan.
Tidak sulit bagi Abu Ubaidah untuk bermegah-megah, dia Gubernur Syam, wilayah yang subur dan kaya pada masanya. Gajinya lebih dari cukup. Tidak sulit bagi Abu Ubaidah untuk hidup nyaman.

Namun kenyataan itu tidak kita dapati, Umar menangis terharu melihat kesederhanaan Abu Ubaidah.
Qana'ah terhadap dunia menjadi ciri generasi panutan sepanjang masa. Mereka mencukupkan diri dengan kurma dan roti kering yang dicelupkan ke air. 

Abdurrahman bin Auf, harta ditangannya menjadi penuh keberkahan. Dia saudagar kaya yang hatinya tidak tergadaikan oleh dunia. Lihat bagaimana dia bersikap dan berpenampilan! Tak bisa dibedakan dengan pelayannya.

Sementara kita di hari ini seperti orang kebanyakan, mempersulit diri karena memiliki keinginan yang melampaui batas kebutuhan.

Terus berjibaku memeras kerigat untuk membayar hutang dan hidup dalam lingkaran cicilan.
Rumah yang lama masih dalam keadaan layak, tapi kita ingin yang lebih besar, lebih indah, padahal kita tidak membutuhkannya.

Mobil yang dulu masih bisa digunakan, anak pun belum bertambah, tapi kita ingin merasakan nikmatnya mobil keluaran terbaru. Lantas mulailah berhutang demi kemewahan yang sebenarnya tidak sesuai kebutuhan.

Bekerja membanting tulang sampai remuk redam karena mengejar target membayar hutang sekaligus memenuhi hajat hidup.

Padahal jika qana'ah kita miliki, hidup akan terasa lebih ringan dan menenangkan.

Sampai kapan kita akan terus terjebak dalam kondisi ini? Al-Qur'an menggambarkannya dengan sangat indah.

“ Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). ” (QS. At Takatsur: 1-8).

Hikmah Terserak di Rumah Sakit

Rumah sakit tempat yang penuh hikmah. Ada pelajaran tersirat yang Allah SWT sampaikan jika mau mengambil pelajaran.

Beberapa hari terakhir Allah SWT berkehendak saya menginjakkan kaki ke tempat itu. Maila sakit dan harus berobat.

Hari itu saya duduk di ruang tunggu, sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Rata-rata pasien yang datang dari kelas ekonomi menengah ke atas. Ada hal yang menarik.

Pemandangan pertama, seorang ibu muda, cantik seksi dengan celana hot pants, datang dengan dua anak laki-lakinya yang ditemani pengasuh.

Sekilas saya perhatikan, ibu cantik itu asyik masyuk dengan gadget. Sementara dua anaknya berlari-lari di ruang tunggu. Mbak pengasuh tergopoh-gopoh mengejar dengan semua peralatan 'tempur' di ranselnya.
Dia lebih mirip ibu anak-anak itu, saat mereka membutuhkan sesuatu bukan mamanya yang didatangi tapi pengasuh.

"Mau makan?" tanya pengasuhnya lembut sembari mengeluarkan kotak bekal.

Anak-anak itu duduk lalu makan dengan lahap. Setelah saya selesai dan mengantri di kasir, ibu cantik itu masih saja sibuk dengan gadget. Padahal sudah satu jam lebih saya mengantri.

Pemandangan kedua, seorang ibu hijaber tengah duduk menelepon berjam-jam. Anak laki-lakinya yang kira-kira berusia 10 tahun terlihat seru sendiri bermain game di gadget miliknya. Tidak ada interaksi diantara mereka berdua.

Setelah ibu hijaber puas menelepon. Dia hendak menaruh gadgetnya ke dalam tas. Dan betapa terkejutnya dia saat mendapati tasnya basah kuyup.

"Duh, kamu sih Dek. Tas mama basah nih!" Dia mengeluarkan botol air mineral yang ternyata tidak rapat ditutup.

Anaknya hanya diam saat dimarahi lalu sibuk kembali bermain game.

Pemandangan ketiga, tiga orang kakak beradik yang usianya dekat-dekat. Mereka menunggu ibunya menyelesaikan urusan administrasi.

Anak yang paling besar mungkin masih SD, adiknya kira-kira usia empat tahun dan yang paling kecil masih di kereta bayi.

Saya perhatikan dua anak itu, mereka berlarian sambil menggenggam benda hitam kecil bernama gadget. Sesekali mereka memainkan, sesekali perhatiannya beralih.

Ada hal yang mengganggu pikiran saya. Ada apa dengan keluarga-keluarga ini? Saya miris saat gadget menjadi benda yang mengikis kedekatan hubungan orang tua dengan  anak.

Padahal masa anak-anak tidak akan bisa diulang. Kelak orang tua akan merindukan masa-masa itu, ketika anak beranjak dewasa dan berkeluarga, mereka akan sibuk dengan urusannya sendiri.



Mereka akan semakin mandiri dan tidak terlalu membutuhkan orang tua. Saat itu orang tua sadar telah kehilangan momen-momen emas. Mereka kesepian di masa tua karena di masa mudanya tidak berusaha mengisi hati anak dengan kasih sayang hingga kelak di masa dewasa anak itu ingat betapa sayangnya ibu dan bapak pada mereka. Bukan salah anak-anak itu, orang tua sendiri yang telah mengganti posisi dirinya di hati anak dengan gadget.

Jika saat ini anak-anak kita sangat pencemburu dengan alat-alat elektronik, entah tab, laptop, atau gadget, bersyukurlah!

Jika mereka marah saat kita sibuk dengan benda-benda itu lalu berkata, "Ummi Abi ga boleh maen HP!"
Menangislah bahagia, karena itu tanda kitalah yang ada di hati mereka, mereka ingin perhatian dan kasih sayang kita. Bukan gadget tempat mereka mendapat segala kenikmatan.

#JanganKasihAnakGadget
#BijakGunakanGadget

Rumput Tetangga Tak Selalu Lebih Hijau

Aira bersungut-sungut, tubuhnya terasa remuk. Pagi dia sibuk mengurus anak, siang hari berkutat dengan pekerjaan dapur, sementara di malam hari tidak juga bisa istirahat karena membantu anak mengerjakan PR.
Kemana suaminya? Ada di pulau seberang, berkutat menguras keringat demi mencari sesuap nasi. Sebulan sekali suaminya pulang, itu pun tidak lama. Hanya tiga atau empat hari menginap lalu kembali ke tempat kerja.

Setiap kali Aira mengintip jendela, ada kesedihan yang terselip. Melihat rumah nan megah di sebrang jalan. Aira berandai-andai, senangnya menjadi nyonya rumah di sana. Ada suami yang selalu mendampingi, semua kebutuhan terpenuhi, pembantu yang selalu siap bekerja, dan khayalan-khayalan lainnya.

Sementara itu di waktu yang sama, nyonya rumah berpenampilan glamor juga sedang mengintip iri ke arah rumah Aira. Matanya sembab berkantung, sudah semalam suntuk tidak tidur. Dia menangis tanpa henti. Dunia seperti hancur berkeping-keping saat mendapati handphone suaminya penuh SMS mesra.
“Lebih baik miskin kayak tetangga di seberang, mungkin kalau miskin dia tidak akan berkhianat.”

Jika saja Aira tahu penderitaan nyonya rumah tetangganya, dia akan lebih menghargai hidup. Sekalipun suaminya jarang pulang, dia mendapat suami yang setia.

Dan jika nyonya rumah tahu betapa tidak mudahnya membesarkan anak sendirian tanpa sering didampingi suami, dia bisa meredam sakit di hatinya.

Setiap Kurma Ada Bijinya

Setiap kurma ada bijinya, demikian ungkapan yang tertulis di dalam buku Aidh Al-Qarni. Setiap orang pasti punya masalah sendiri. Dunia tempat kita berlelah letih, ditempa ujian. Ada senang ada duka, lapang dan sempit, ketakutan diiringi rasa aman, dan banyak lagi warna-warni kehidupan yang Allah SWT torehkan.

Bahkan para nabi juga diuji. Nabi Nuh diuji dengan anaknya, Nabi Luth dititipkan istri yang durhaka, Nabi Musa menghadapi kaumnya yang sangat keras kepala, sementara Nabi Ayub ditimpa penyakit.

Tiada manfaat melihat kehidupan orang lain -dalam hal duniawi- lalu membandingkannya dengan kehidupan kita. Apa yang tampak belum tentu sama dengan perkiraan kita.

Setiap kurma ada bijinya. Begitu pula dengan kekurangan. Bukankah manusia tempatnya salah dan lupa? Tidak ada manusia yang sempurna, setiap kita pasti punya kekurangan.

Apa guna membandingkan pasangan dengan orang lain? Toh orang yang dibandingkan juga punya kekurangan. Tidak akan puas mata memandang, hasrat dan keinginan manusia lebih panjang dibandingkan usianya. Nafsu itu seperti bayi yang menetek pada ibunya, semakin dituruti makin menjadi-jadi.


Jika Senja Telah Tiba

Jika senja telah tiba. Kita sama-sama menua, berpuluh tahun mengarungi lautan kehidupan. Adakalanya biduk yang kita tumpangi bocor terhempas batu karang. Tak jarang pula kita menikmati indahnya suasana laut tenang.

Ketika rambut telah memutih, tulang rapuh, mata pun rabun. Jangankan mengingat tanggal pernikahan, makan atau mandi saja terlupa. Apa yang kita cari dari sebuah pernikahan? Masa-masa kejayaan telah berlalu. Satu persatu atribut keduniawian rontok: harta, jabatan, popularitas, paras rupawan, hingga kekuatan fisik. Di saat inilah kita diuji. Apakah kebersamaan kita selama ini tulus karena Allah atau karena hal lain?

Selalu ada titik terakhir tempat kita berhenti. Kebersamaan kita di dunia terlalu singkat, ibarat bertemu di pagi hari dan berpisah di siang hari, atau bahkan lebih cepat dari itu. Nikmati saja kebersamaan yang pendek ini, mungkin hari, jam, atau detik ini momen terakhir mata kita saling memandang.

Tak peduli yang tertangkap retina mata rambut putih masai tidak beraturan, gigi yang sudah ompong, atau kulit kusut mengeriput. Meskipun hati bertanya, “Masihkah kau ingat siapa aku?”
Berharap kita tetap berdampingan hingga senja menyapa –jika Allah mengizinkan-


Focus Private

Les Privat

Les Privat Focus Private adalah lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri sebagai spesialis les privat guru ke rumah untuk mata pelajaran eksakta yaitu Matematika, Fisika, dan Kimia. Info 082312091982
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Total Tayangan Halaman