Siang itu ada yang beda dengan suasana di lapangan belakang SMA Kacrut.
Satu geng cewek tengah bergerombol dengan tampang siap perang. Sementara di tengahnya ada seorang cewek yang lagi ketakutan.
Sariyem dan Ponirah diam-diam mengintip dari gang dekat lapangan. Mereka berbisik-bisik.
"Duh! Bakalan perang lagi nih Rah. Kasian tuh anak mau dikeroyok."
"Iya nih, eike rekam aja deh di HP biar pada kapok!" Sariyem geram.
Enggak beda lama geng mereka mulai mengejek, lalu creambath-creambathan--jambak-
Cakar sana, cakar sini. Sampai mukanya coreng-moreng. Setelah puas
merekam Sariyem dan Ponirah ngibrit secepat jet coaster di Dufan.
"Istirahat dulu yuk!" Ponirah ngos-ngosan. Dia ngajak mampir ke warung baksonya Bang Togar.
"Ee...kenapa kalian pada ngos-ngosan? Abis dikejar tukang tagih utang
ya?" celetuk Bang Togar dengan logat Batak yang asli kental banget.
"Ah! Bisa aja Bang, kita abis jadi saksi mata peristiwa penting nih!" Sariyem sok-sokan jadi detektif.
"Peristiwa apa pula yang kau maksud?" Bang Togar makin penasaran.
"Sebelum kita tunjukkin, pesen baksonya dua porsi ya Bang!"
Bang Togar nurut aja sama duo centil itu. Padahal tampangnya sangar,
rambutnya gondrong dikuncir dua, ada gambar tato Cherrybel di lengannya.
Katanya sih dia mantan napi dan udah tobat. Sekarang kerjaannya jualan bakso.
Enggak beda lama dua mangkok bakso tersaji di depan Ponirah dan Sariyem.
Sontak Sariyem gagal fokus, perutnya langsung dangdutan mencium aroma bakso yang aduhai.
Ponirah juga langsung menyerbu bakso yang imut-imut itu. HP yang
sedang memutar video rekaman kejadian tadi dia biarin ngegeletak di
meja.
"Hmm..." Bang Togar manggut-manggut sambil mengintip video di HP Sariyem.
"Mau kau apakan video itu?" Telunjuk Bang Togar yang segede pisang kepok menunjuk HP Sariyem.
"Ini bukti penting, Bang! Eike dan Ponirah mau ngelaporin kelakuan
mereka ke guru." Hidung Sariyem kembang-kempis, kayaknya dia bangga
banget bisa dapetin bukti itu.
"Oh... itu namanya bullying! Macam mana anak baru gede udah bisa
bullying?" Bang Togar geleng-geleng. Kunciran rambutnya sampai kena muka
Ponirah.
Jelas aja Ponirah manyun, acara makannya terganggu wangi minyak rambutnya Bang Togar.
"Abang keren juga tau kata bullying," kata Ponirah sambil manyun.
"Ee... jangan salah! Dulu waktu di lapas abang pernah berobat sama psikolog!"
"Yah... Bang, berobat sama psikolog kok bangga?" Sariyem ikutan nimbrung.
"Paling enggak abang kecipratan ilmunya laahhh!"
"Emang bullying apaan Bang?" Ponirah penasaran.
"Bullying itu kalau kau sakiti orang, misalnya mengejek, memukul atau mengucilkan." Bang Togar tiba-tiba jadi serius.
"Mmm... pantes ada lagu judulnya sakitnya tuh di sini." Sariyem asal celetuk.
"Apa hubungannya Yem?" Ponirah rada-rada kesel. Sariyem cuma cengar-cengir.
Hari mulai sore. Matahari udah mulai sembunyi malu-malu. Bakso di
mangkok duo centil udah ludes. Mereka masih asyik ngobrol sama Bang
Togar.
"Kalo kalian liat temen dibully, setelah kejadian kalian ajak ngomong
lah pelaku dan si korban. Jangan malah ikut-ikutan nge-bully korban.
Kalo udah parah lapor aja ke sekolah." Bang Togar jadi ikut geram.
"Iya Bang, mereka udah dibilangin cuma enggak ngaruh. Nih mau minta tolong sama guru."
"Nah, bagus itu!"
Berhubung duo centil harus pulang. Mereka siap-siap bayar bakso.
"Rah! Dompet eike ilang!" Sariyem panik.
"Jangan-jangan jatoh waktu kita lari. Aku juga ga bawa duit."
Bang Togar mencium gelagat, kayaknya duo centil bakalan ngutang.
"Berhubung abang lagi baik, abang punya tebak-tebakkan. Kalo kalian bisa jawab enggak usah ngutang."
"Apa tuh Bang?"
"Bully, bully apa yang bikin abang seneng banget?"
Duo centil bengong, celingak-celinguk. Terus geleng-geleng kompak.
"Bully yang bikin abang seneng itu... 'Bang bully baksonya
semangkok!' Akakakak." Bang Togar ngakak puas banget. Sampai urat
lehernya nongol.
Sementara itu duo centil cuma garuk-garuk kepala.
Kata Si Togar
Posted by Unknown
on 21.24
sumber gambar: internet
0 komentar:
Posting Komentar