Kawan, mungkin di sekitar kita ada orang yang berusia lanjut.
Entah ayah atau ibu, bibi, paman, atau tetangga. Menjadi tua memang tidak bisa
dihindari. Kita terlahir ke dunia dalam kondisi lemah, lalu berkembang menjadi
pemuda yang kuat dan cerdas. Saat usia bertambah lanjut kondisi tubuh dan psikis
semakin menurun dan kembali lemah.
Ketika
masih kecil kita bergantung kepada ibu, ketika lanjut usia kembali membutuhkan
bantuan dan dukungan lingkungan sekitar. Tahukah kawan? Ada beberapa fakta yang
mungkin belum kita ketahui tentang lansia.
Masa Muda Lansia Mempengaruhi Masa Tuanya
“Orang lanjut usia yang berorientasi pada kesempatan adalah orang muda yang tidak pernah menua.” (Mario Teguh)
Setiap lansia pasti memiliki
masa muda, tidak diragukan lagi. Lansia yang semasa mudanya cukup fleksibel dan
memiliki toleransi, biasanya ketika usia lanjut dapat mudah menyesuaikan diri
dengan kondisi yang serba terbatas.
Ya, ada banyak hal yang
berubah ketika memasuki usia lanjut. Fisik yang menurun, kondisi ekonomi yang
berkurang setelah masa pensiun, kehilangan pasangan dan orang-orang terdekat,
hingga perubahan tempat tinggal. Adakalanya lansia harus memutuskan untuk
tinggal bersama dengan siapa, dan tinggal di mana.
Lansia yang semasa mudanya
sering menyesali dan mengritik diri sendiri, merasa tidak puas dengan
kehidupannya, kelak akan menerima perubahan-perubahan itu dengan perasaan
berat. Merasa tidak berharga dan tidak terpakai. Mereka merasa sudah terlalu
tua untuk berkegiatan.
Sementara lansia yang mandiri
ketika usia muda, takut menghadapi masa-masa pensiun. Merasa bersalah saat
menganggur, bagi mereka tetap bekerja itu sangat penting. Dengan bekerja mereka
merasa dihargai, mendapat perhatian dan kepuasan.
Tidak ada salahnya jika
orang-orang di sekitar mengajak lansia melakukan aktivitas menyenangkan yang
sesuai dengan kondisi mereka, misalnya menemani mereka berbincang, senam khusus
untuk lansia, atau sekadar menyalurkan hobi.
sumber gambar: skpm.ipb.ac.id
Menikah kembali di usia lanjut
“Cinta bukanlah mencari pasangan yang sempurna, tapi menerima pasangan kita dengan sempurna.” (Asma Nadia)
Kawan, cinta bukan hanya
milik muda-mudi. Kehilangan pasangan hidup yang telah setia mendampingi selama
puluhan tahun bukan peristiwa yang mudah dilupakan. Sepi, perasaan itu yang
menyelimuti lansia yang hidup sendiri tanpa pasangan.
Bob Humphries (89) dan Bernie
(87), mereka pernah bertemu 80 tahun yang lalu, ketika masih anak-anak.
Perjalanan hidup memutuskan mereka menikah dengan pasangannya masing-masing.
Namun setelah masing-masing pasangannya meninggal, anak Bernie mencari Bob,
mereka dipertemukan kembali dan menikah.
Lansia yang memiliki
pernikahan yang bahagia dengan pasangan sebelumnya, dukungan keluarga, jatuh
cinta lagi, membutuhkan teman, juga kondisi fisik yang sehat, mempunyai peluang
lebih besar untuk menikah kembali.
Kesepian
“Sepi ini, siapa yang mau peduli selain diriku sendiri.” (Anonim)
Tidak semua lansia yang
tinggal di panti jompo merasa senang, meskipun segala kebutuhan mereka
terpenuhi dan dikelilingi teman-teman seusianya.
Sebagian dari mereka mengeluh,
rindu dengan rumah. Ya, tidak ada tempat yang lebih nyaman selain di rumah
sendiri, bersama dengan anggota keluarga yang menyayangi mereka dengan tulus.
Pada umumnya lansia yang tinggal
di panti jompo lansia yang terlantar, jarang dijenguk oleh anak dan cucunya. Sebaik
apapun fasilitas yang telah diberikan, perhatian dan kasih sayang keluarga
tidak dapat digantikan.
Ada sebuah kisah nyata
mengharukan yang dibagikan di fanspage M. Fauzil Adhim. Kisah tentang seorang
nenek yang tinggal di U.K, dia tinggal sendirian dan tidak pernah dijenguk oleh
anak juga cucunya.
Nenek itu selalu keluar rumah
setiap hari, hanya untuk mengusir kesepian di hatinya. Dia senang berkeliling
menaiki bis, mengobrol dengan penumpang, satpam dan siapa saja yang ditemui.
Meskipun tidak jarang orang yang diajak bicara mengacuhkannya.
Suatu hari dia bertemu dengan
seorang warga negara Indonesia saat menunggu di halte bis, tanpa ragu nenek itu
mengajaknya berbincang.
“Saya sangat-sangat kesepian,”
ujarnya dengan mata berkaca-kaca, “saya melihat kamu anak yang baik, jagalah
ibumu jika usianya telah lanjut.”
Lalu mereka saling
berpelukan. Rupanya warga negara Indonesia itu merasa iba, dia ingin lebih lama
menemaninya, mereka naik bis bersama. Duduk bersebelahan.
Dengan nada tulus nenek itu
berkata, “Saya berharap bisa bertemu lagi denganmu.”
Cerita di atas hanya
gambaran, betapa lansia sangat membutuhkan dukungan sosial, perhatian dan kasih
sayang. Kesepian selalu mendatangi hidup mereka, dimulai saat anak-anak sudah
dewasa, menikah, dan memiliki keluarga sendiri.
Meninggalnya pasangan, hingga
kehilangan teman-teman yang seusia. Kondisi itu semakin diperparah oleh
keacuhan anggota keluarganya sendiri.
Note! Kehilangan pasangan itu yg plg membuat lansia jd kehilangan semangat hidup. Dan terkadang cenderung lbh sensitif.
BalasHapusiya... pasti sedih sekali.
Hapus